Oleh: Dwi Anggita Putri
Belum lama ini kita melihat di media massa, sebuah surat terbuka yang di tujukan pada para anggota DPR oleh seorang Najwa Shihab, seorang jurnalis yang mampu menyampaikan aspirasi masyarakat banyak melalui pemikiran dan perbuatannya. Pada tanggal 05 Mei 2020. Najwa Shihab yang biasa dipanggil mbak Nana ini mengupload sebuat video yang berbentuk surat terbuka kepada anggota DPR yang dinilai memanfaatkan waktu demi kepentingan mereka dimana saat ini negara sedang meghadapi pandemi dan seharusnya menjadi pokok perhatian utama.
Tentunya jika dilihat dari sudut pandang masyarakat, opini mbak Nana ini sangat mewakilkan perasaan masyarakat Indonesia yang khususnya pada saai ini tidak hanya berperang melawan virus saja, namun juga melawan keadaan ekonomi yang sedang tidak stabil, melawan kecemasan dan kekhawatiran terhadap virus-virus tersebut. Namun tampaknya hal ini tidak disambut baik dengan para anggota Dewan yang mewakil rakyat ini.
Aksi “ Kontra” terhadap kritik lewat syrat terbuka ini dianggap menyalahi aturan hukum, tidak punya bukti yang kuat, dan tidak seharusnya dilontarkan pada orang yang berintelektual tinggi seperti Najwa Shihab. Bahkan Anggota DPR-RI Fraksi PDI-P Arteria Dahlan berbicara, dengan sangat eksplist pembicaraannya berisi seolah iya merasa terancam dengan statement mbak nana dan malah mengancam balik Najwa Shihab.
Bapak Arteria Dahlan ini merasa difitnah dan juga dinistakan baik secara pribadi maupun secara kelembagaan anggota. Anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P ini menuntut Najwa untuk meminta maaf kepada DPR atau jika tidak ia akan dihadapkan dengan sanksi hukum yang serius tuturnya.
“Sadarlah sebelum terlambat. Perbaiki diri. Apa perlu kita umbar ke publik aib dan dosa serta moralmu? Apa perlu jalur hukum yang akan menjadi penentu hidupmu?” lanjut dia. Dikutip dari sumber Kompas.com.
Sebagai seorang politikus semestinya bapak Arteria Dahlan ini tau betul bagaimana cara menjebak seseorang sehingga seorang itu mau tunduk sesuai dengan kehendak dirinya. Namun sepertinya carayang dilakukannya kali ini kurang halus dan salah sasaran.
Dikaji dari segi Psikologi Sosial, sikap yang di tunjukkan oleh bapak Arteria Dahlan ini masuk kedalam Norma Timbal Balik. Seperti yang dijelaskan dalam buku Pengantar Psikologi Sosial Oleh Muhammad Ghazali Agus Ani Putra, norma timbal balik ialah Ketika kita diancam orang lain maka kita cenderung akan mengancam balik orang tersebut, jika kita melihat dari perspektif negative, norma ini diberikan sebagai sanksi atas perbuatan mereka yang telah membuat kita terluka. Mata dibalas mata, Nyawa dibalas nyawa. Merasa Najwa membuka habis tanpa sisa aibnya Wakil Rakyat ini mengancam akan melakukan hal yang sama dengan menggunduli aib dan moral Najwa Shihab.
Norma sejatinya adalah bagaimana suatu tindakan sosial agar dapat berjalan normal. Norma yang berisi aturan yang memandu, memperingati, bahkan mengancam bagi orang yang tidak mematuhinya. Secara Sosiologi norma merupakan bagian dari struktur sosial, yang dimana jika norma ini tidak dipatuhi akan menimbulkan kekacauan. Namun sebagai bagian dari masyarakat dinegara demokrasi, sepertinya kritik bukanlah hal yang haram untuk dilontarkan. Kritik merupakan bagian dari andil masyarakat yang peduli atas kondisi satu sama lain. Bukankah jika sebadan, satu bagian badan sakit yang lain juga merasa sakitnya ?
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora, UIN STS Jambi
Discussion about this post